«Teknologi yang Mengubah Dunia», Bookmate сөресіндегі кітаптар

Twitter memang salah satu cara paling praktis untuk berkomunikasi dengan orang lain, tapi ide di balik hal tersebut sebenarnya tidak baru sama sekali. Dalam buku ini, Tom Standage menarik benang merah metode-metode komunikasi dari jaman ke jaman, baik itu kertas papyrus tau gambar-gambar di dinding-dinding gua. Standage menekankan betapa internet menegaskan sebuah metode komunikasi yang telah berkembang secara organik dari dahulu kala hingga hari ini.

"Content is king" - says everyone on the internet. Tapi bagaimana kalau konten saja bahkan tidak cukup? Sebuah kampanye sosial media yang sukses tak hanya bergantung pada isi pesannya, namun juga konteks serta platform di mana pesan tersebut didistribusikan. Twitter berbeda dari Facebook, dan Facebook tentunya berbeda dari Tumblr. Cari tahu cara menyesuaikan pesanmu dengan medium yang kamu gunakan serta cara mencari kombinasi yang tepat untuk memastikan pesanmu disampaikan dengan efektif.

Mau jadi terkenal di media sosial? The Art of Social Media, ditulis oleh Guy Kawasaki, salah satu staff awal Apple yang membantu memawarkan model komputer Macintosh, memaparkan satu per satu langkah penting yang akan membantu kamu mengumpulkan followers, memperkuat "social media presence", dan menemukan pesan-pesan yang pas untuk kamu bagikan, sesuai dengan keinginan dan tujuanmu.

Tahun 2004, beberapa tahun sebelum media sosial berkembang menjadi platform yang kita kenali hari ini, Joe Trippi berhasil mengumpulkan ratusan ribu suporter bagi kandidat presidet Amerika Serikat Howard Dean dengan bantuan internet. Baca The Revolution Will Not Be Televised untuk mengetahui taktik-taktik dan strategi kampanye online di masa-masa pra-Twitter dan Facebook.

Internet seharusnya membawa kebebasan bagi para penggunanya. Namun kenyaataannya untuk setiap gerakan-gerakan sosial yang berkembang online dan sukses mengumpulkan massa, faktanya pemerintah, perusahaan-perusahaan teknologi menggunakan teknologi yang sama untuk membatasi kebebasan tersebut, walau mungkin secara halus dan diam-diam.

Kantor super canggih, dikelilingi orang-orang brilian, pesta dengan penampilan musisi-musisi ternama, diterima bekerja di perusahaan teknologi top dunia, The Circle, merupakan mimpi yang menjadi kenyataan bagi Mae Holland. Namun justru ketika perannya dalam lingkungan pekerjaan mulai semakin besar, ia semakin dihadapkan dengan dilemma yang bahkan di dunia nyata hari ini sering diperdebatkan: di mana batas privasi ketika begitu banyak orang dengan rela menukar kehidupan pribadi mereka dengan likes? Haruskah orang-orang yang berkuasa diizinkan mempunyai akses pada data dan aktivitas online para pengguna internet?

Becandaan yang nggak asik, salah paham, bahkan beda pendapat bisa menjadikan seseorang target hujatan publik di media sosial. Ada yang menerima ancaman, ada juga yang sampai kehilangan pekerjaan. Selama tiga tahun, Jon Ronson keliling dunia menemui orang-orang yang pernah mengalami hal tersebut untuk mendengar pengalaman dan sudut pandang mereka, serta mempelajari dampak baik dan buruk dari yang terjadi ketika semua orang yang mempunyai suara bersuara.